Minggu, 11 Oktober 2009

PENGAWASAN MUTU TERHADAP PEMBUTAN IKAN ASIN


A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Produk hasil perikanan air laut dan juga air tawar, memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan asam amino yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu ikan merupakan salah satu sumber makanan yang dibutuhkan manusia guna memenuhi kebutuhan akan gizi. Akan tetapi, selama ini masyarakat pada umumnya hanya mengonsumsi ikan dalam bentuk segar, padahal ikan termasuk komoditas yang sangat mudah busuk. Meskipun demikian, dengan sentuhan teknologi sederhana dan murah produk ikan segar dapat diolah menjadi produk olahan yang sangat digemari masyarakat, tidak hanya itu proses pengolahan yang benar dapat menambah nilai,baik dari segi gizi , rasa, bau, tekstur, daya awet dan nilai ekonomis.
Hasil perikanan merupakan sumber daya alam yang sangat besar manfaatnya untuk kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan produk perikanan mempunyai keunggulan tersendiri dibanding dengan produk hewani lainnya, keunggulannya antara lain:
a) Kandungan protein yang cukup tinggi (20%) dalam tubuh ikan tersusun oleh asam-asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam amino dalam tubuh manusia.
b) Daging ikan mudah dicerna oleh tubuh karena mengandung sedikit tenunan pengikat.
c) Daging ikan mengandung asam lemah tak jenuh dengan kadar kolesterol sangat rendah yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
d) Mengandung sejumlah mineral seperti K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, Ma, Zn, F, Ar, dan Y, serta vitamin A dan D.
Namun jika ikan tidak langsung ditangani dengan benar, ikan akan mudah busuk. Beberapa faktor kekurangan yang membuat ikan cepat membusuk yaitu sebagai berikut:
a. Kandungan air yang tinggi (80%), pH tubuh mendekati netral, dan daging ikan yang sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis menyebabkan daging sangat lunak, sehingga menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
b. Kandungan asam lemak tak jenuh mengakibatkan daging ikan mudah mengalami proses oksidasi sehingga menyebabkan bau tengik.
Pada dasarnya untuk menganalisa ikan yang segar dan yang busuk sangatlah mudah. Berikut beberapa poin-poin untuk membedakan ikan yang segar dengan ikan yang telah membusuk.
· Ciri-ciri ikan segar:
- Kulit terang dan jernih, masih kuat membungkus tubuh, dan tidak mudah sobek terutama di bagian perut
- Sisik berkilap, menempel kuat pada tubuh dan sulit dilepas.
- Sirip elastis, bila ditarik akan kembali ke tempat semula.
- Mata tampak terang, jernih, menonjol, dan cembung.
- Insang berwarna merah dan masih tertutup lendir.
- Daging masih melekat kuat pada tulang.
- Bila ditekan dengan jari, tidak tampak bekas lekukan.
- Daging perut masih utuh.
- Bau segar, khas bau ikan.
- Bila ditaruh dalam air, ikan akan tenggelam.
· Ciri-ciri ikan yang mulai membusuk:
- Kulit warna suram, pucat, banyak lendir, dan mudah sobek.
- Sisik kurang berkilap dan mudah terlepas dari tubuh.
- Sirip kaku, bila ditarik akan koyak.
- Mata tampak suram, berkerut, dan tenggelam.
- Insang warna cokelat suram, lendirnya keruh , dan baunya menusuk hidung.
- Daging lunak, bila ditekan dengan jari akan tampak lekukan dan terasa lembek.
- Isi perut sering keluar.
- Bau tak enak, lama kelamaan menjadi anyir.
- Bila ditaruh dalam air, ikan akan mengapung.

2. Serba-Serbi Ikan Asin

a. Dalam rangka meningkatkan produksi pada hasil perikanan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan beserta keluarganya, berbagai upaya telah, sedang, dan akan terus dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah membuat ikan asin.
b. Ikan asin merupakan ikan yang menjadi asin dan kering melalui proses penggaraman dan penjemuran.
c. Ikan asin mempunyai kadar air rendah karena penguapan oleh panas dan penyerapan oleh garam .
d. Beberapa jenis ikan yang biasa diawetkan menjadi ikan asin adalah ikan kakap, tenggiri, tongkol, kembung, laying, teri, pek dan mujair.
e. Manfaat
§ Manfaat teknologi pengasinan ikan:
· Dapat dibuat dengan peralatan sederhana.
· Meningkatkan keterampilan masyarakat.
· Menciptakan lapangan pekerjaan baru.
· Membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
· Cukup mudah dipasarkan.
§ Manfaat ikan asin:
· Enak rasanya.
· Melengkapi kebutuhan gizi masyarakat melalui peningkatan protein.
· Lebih tahan lama untuk disimpan.


B. PROSES PEMBUATAN IKAN ASIN

1. Persiapan Alat dan Bahan:

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat ikan asin meliputi bahan baku utama dan bahan-bahan pembantu.
- Ikan
Untuk mendapatkan ikan asin yang bermutu baik, dibutuhkan bahan baku berupa ikan yang segar dengan ciri-ciri yang telah disebutkan sebelumnya.
- Garam
Garam merupakan faktor utama dalam proses penggaraman ikan. Kemurnian garam sangat mempengaruhi mutu ikan asin yang dihasilkan. Beberapa faktor yang menjadi perhatian adalah:
§ Kehati-hatian dalam menggunakan garam, karena saat ini masih banyak garam yang tercampur dengan bahan-bahan asing yang dapat mengurangi mutu ikan asin yang dihasilkan bahkan dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi tubuh.
§ Jadi, sebaiknya digunakan garam murni yang mengandung NaCl tinggi (95%)
- Pisau
- Telenan
- Waskom
- Ember
- Loyang
- Anyaman bambu untuk penjemuran
- Kotak kemasan.

2. Poses Pembuatan Ikan Asin

Setelah bahan dan peralatan telah selesai disiapkan, selanjutnya adalah langkah-langkah dalam proses pembuatan ikan asin:
- Dipilih ikan yang benar-benar dalam keadaan segar, bebas darii kerusakan hama penyakit, dan kerusakan lain.
- Dipilih garam dengan kondisi yang murni NaCl 95%
- Sisik dibersihkan menggunakan pisau
- Insang ikan dipotonng
- Isi perut dikeluarkan dan diusahakan agar empedu tidak sampai pecah
- Ikan dikumpulkan dan dicuci dengan air asin dan dicuci kembali dengan air tawar.
- Garam ditabur merata pada kedua permukaan ikan
- Permukaan ikan yang satu ditangkupkan di atas permukaan ikan lainnya, sehingga akan saling menutupi
- Ikan disusun berlapis dalam loyang
- Dibiarkan selama 15 jam – 24 jam, agar garam dapat meresap secara menyeluruh.
- Ikan diambil, lalu dicuci kembali dengan air tawar.
- Ikan diletakkan di atas tempat penjemuran, diatur searah.
- Penjemuran dilakukan sekitar 12 jam – 24 jam, setiap 3 jam dibalik.
- Parameter untuk mengukur kekeringan ikan yaitu dengan:
§ menekan ikan dengan jari telunjuk, jika tidak menimbulkan bekas, maka ikan telah kering,
§ melipat tubuh ikan, jika tidak patah, makan ikan telah kering.
- Ikan asin dipilah-pilah berdasarkan besarnya
- Ikan asin dimasukkan dalam kotak kemasan dan siap untuk dipasarkan.


C. ANALISIS MUTU

1. Analisis Mutu pada Pemilihan Bahan Baku

Pada pemilihan bahan baku, bahan baku yang digunakan harus masih dalam kondisi yang fresh dan berkulitas. Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar. Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup,baik rupa, bau, rasa maupun teksturnya.
Ikan segar dapat diperoleh jika penanganan dan sanitasi yang baik, semakin lama ikan dibiarkan setelah ditangkap tanpa penanganan yang baik akan menurunkan kesegarannya.
Faktor-faktor yang menentukan mutu ikan segar dipengaruhi, antara lain:
· Cara penangkapan ikan;
· Pelabuhan perikanan;
· Berbagai faktor lainnya, yaitu mulai dari pelelangan, pengepakan, pengangkutan, pengolahan.
Kesegaran adalah tolak ukur untuk membedakan ikan yang kualitasnya baik dan tidak. Berdasarkan kesegarannya ikan digolongkan dalam empat kelas mutu, yaitu ikan dengan kesegaran sangat baik sekali, ikan dengan kesegaran baik, kesegaran sedang, dan ikan yang sudah tidak segar lagi (busuk)

2. Analisis Mutu pada Proses Produksi

Dalam proses produksi, hal yang menjadi poin utamanya adalah penggaraman. Pada prinsipnya penggaraman merupakan proses pengawetan, dimana garam yang digunakan sebagai media pengawet baik yang berbentuk kristal maupun cairan. Selama proses penggaraman, terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan tubuh ikan karena perbedaan konsentrasi.
Ikan yang telah mengalami proses penggaraman sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat berfungsimenghambat atau menghentikan reaksi autolisis dan membunuh bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan.
Pada dasarnya garam tidak bersifat membunuh mikroba. Pada konsentrasi rendah , justru garam membantu pertumbuhan bakteri halofilik. Garam yang berasal dari tempat pembuatan garam di pantai mengandung cukup banyak bakteri halofilik yang dapat merusak ikan kering. Penggaraman ikan biasanya di barengi dengan pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam daging ikan. Dengan demikian, pertumbuhan bakteri semakin terhambat.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, H.B.1998. Ikan Asin. Yogyakarta: Kanisius.
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan IKAN. Jakarta:Bumi Aksara.
Sudarisman, T. dan Elvina A.R.1996.Petunjuk Memilih Produk Ikan dan Daging. Jakarta: PT Penebar Swadaya

pembuatan media dan larutan pengencer

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM

Acara 2

PEMBUATAN MEDIA DAN LARUTAN PENGENCER

Disusun Oleh :

TUGI SANTOSO

NIM 0803035019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2008

  1. Pendahuluan

Larutan dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven). Biasanya jumlah zat terlarut lebih kecil dari jumlah pelarutnya. Berdasarkan parameter fasa, larutan dikenal dengan larutan sefasa (homogen) dan tidak sefasa (hetrogen). Berdasarkan jumlah zat terlarut dalam larutan, larutan terdiri atas larutan encer dan laruta pekat. Berdasarkan derajat keasaman dan kebasaan larutan digolongkan atas larutan asam, larutan netral dan larutan basa, dan masih banyak penggolongan larutan lain berdasarkan parameter yang lain pula.

Jumlah zat terlarut dalam sejumlah pelarut dikenaldengan konsentrasi atau dapat pula sebagai jumlah zat terlarut relatif terhadap jumlah total larutan. Ada beberapa metode atau cara untuk menyatakan konssentrasi larutan yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,normalitas, persen, formalitas, dan ppm (bagian per sejuta), yang secara umum dijelaskan sebagai berikut:

1. Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan.

2. Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut.

3. Normalitas adalah banyaknya ekuivalen zat terlarut per liter larutan: untuk ekuivalen dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Satu ekuivalen asam adalah massa asam yang diperlukan untuk melepaskan satu mol H+.

b. Satu ekuivalen basa adalah massa basa yang diperlukan untuk melepaskan satu mol OH-, atau menerima satu mol H+.

4. Fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total mol larutannya.

5. Formalitas adalah jumlah mol formula zat terlarut per liter larutan.

6. Persen adalah jumlah massa atau volume zat terlarut per 100 satuan massa atau volume pelarut dengan catatan satuan masa dan volume harus seragam.

7. Bagian per sejuta (ppm = part per million) adalah satuan konsentrasi untuk larutan encer seperti polutan dalam udara, logam dalam batuan dll. Pengertian ppm adalah misalnya 1 gram zat tertentu per 106 gram pelarutnya atau dalam satuan volume dll.

Larutan asam, basa dan garam yang sudah dibuat dapat diketahui apabila diidentifikasikan dengan berbagai pereaksi. Identifikasi dapat berupa perubahan warna, pH, kelarutan, suhu, tekanan, volume dan timbulnya gas. Reaktifitas larutan jika ditambahkan zat tertentu berbeda-beda, misalnya untuk golongan IA dan IIA, basa golongan IA lebih kuat dari basa golongan IIA artinya kereaktifan basa golongan IIA lebih tinggi dari golongan IA. Hidroksida golongan IIA hanya sedikit larut dalam air dan kelarutannya bertambah dari atas ke bawah. Sebaliknya kelarutan garam sulfatnya dari atas ke bawah dalam golongannya semakin kecil. Untuk identifikasi zat dapat digunakan kertas lakmus, Ph universal, indikator dll.

  1. Dasar Teori

Larutan adalah campuran yang homogen dari dua zat atau lebih.Dua kata yang berkaitan dengan larutan adalah solven (zat pelarut) dan solut (zat terlarut).Dalam kehidupan sehari-hari,kita biasa memanfaatkan asam untuk makanan,misalnya asam cuka,asam jeruk atau asam-asam lain yang berasal dari buah-buahan.Di dalam lambung juga terdapat asam lambung,yaitu asam klorida yang berguna untuk mencernakan makanan dan membunuh mikro organisme yang masuk melalui makanan.Teori-teori tentang asam antara lain dikemukakan oleh para pakar berikut ini.

  1. Antoine Lavoisier (1770-1780) menyatakan bahwa asam mengandung oksigen.Kesimpulan ini diperolehberdasarkan percobaan pembakaran karbon,belerang,dan nitrogen yang menghasilkan oksida.Oksida itu dalam air membentuk asam.
  2. Humphrey Davy (1816) menyatakan bahwa semua asam mengandung hidrogen,seperti asam klorida yang terdiri dari hidrogen dan klorin.Asam klorida tidak mengandung oksigen.
  3. Justus von Liebig (1838) menyatakan bahwa asam adalah zat yang mengandung hidrogen.Hidrogen itu dapat digantikan dengan logam.
  4. Svante August Arrhenius (1887) bahwa asam adalah zat yang dapat menghasilkan ion hydrogen positif (H+).

Dalam perkembangan teori-teori asam,pakar kimia menggunakan model-model untuk menjelaskan fakta.Model merupakan penjelasan dari apa yang dapat diamati langsung atau tak langsung.Suatu model dapat diubah untuk disesuaikan dengan fakta.Suatu model yang baik dapat menjelaskan berbagai fakta yang ditemukan dalam percobaan.Dalam mempelajari larutan asam dan basa berbagai model dipelajari untuk menjelaskan perilaku asam dan basa.

Pada tahun 1880-1890 Wilhelm Ostwald dan Arrhenius mengembangkan teori asam dan basa berdasarkan atas disosiasielektrolit.Selanjutnya teori asam dan basa lebih dikenal dengan teori Arrhenius.Teori itu mengatakan bahwa asam adalah zat yang dalam air menghasilkan ion H+ dan ion lain yang bermuatan negatif.Teori Arrthenius berlaku untuk larutan dalam pelarut air.

Dari kehidupan sehari-hari diketahui bahwa asam mempunyai rasa masam,walaupun kadar asamnya berbeda-beda,misalnya rasa masam dari jeruk,belmbing dan asam jawa.Di laboratorium dapat dijumpai asam klorida,asam sulfat,asam nitrat,dan asam fosfat.Sifat lain dari asamdapat bereaksi dengan logam menghasilkan hidrogen.Pengionan asam dalam air dapat dituliskan sebagai berikut.

HCl(g) H+(aq) + Cl-(aq)

HNO3 (l) H+aq) + NO3- (aq)

Kereaktifan asam terhadap logam disebut sifat korosif asam.Reaksi asam dengan logam dapat dituliskan sebagai berikut.

Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)

atau

Mg(s) + 2H+(aq) Mg2+(aq) + H2(g)

Fe(s) + H2SO4(l) FeSO4(aq) + H2(g)

atau

Fe(s) + 2H+(aq) Fe2+(aq) + H2(g)

  1. Tujuan Percobaan

a. Mempelajari beberapa aspek yang terkait dengan larutan termasuk proses pembuatan, penentuan konsentrasi dan karakterisasi sifat-sifatnya.

b. Setelah mrnyelesaikan percobaan membuat larutan dan analisisnya mahasiswa akan dapat membuat larutan, menentukan konsentrasi larutan dan sifat- sifatnya.

c. Jika diberikan bahan zat padat, zat cair, pereaksi dan beberapa persamaan M, N, F dan sebagainya, mahasiswa akan dapat membuat larutan, menentukan konsentrasi dan sifat-sifat larutan minimal 99% benar.

  1. Alat dan Bahan

Alat : botol timbang kering, labu takar 100 mL, pipet ukur.

Bahan : air suling, NaOH, H2SO4 Urea.

  1. Cara Kerja


1. Pembuatan Larutan

Pembuatan larutan dengan zat terlarut bahan padat

a. Sediakan botol timbang/gelas piala keringdan bersih dalam keadaan kosong.

b. Tambahkan (timbang) dengan teliti 4 gram NaOH padat (pelet), kemudian larutkan dengan air suling ± 75 mL.

c. Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian penuhkan labu ukur dengan air suling sampai tanda tera. Perhatikan miniskus (permukaan cekung dari at cair) harus tepat menyinggung tanda tera labu ukur.

d. Kocok hingga homogen dan diberi label konsentrasinya (konsentrasi dihitung dalam satuan M, N, F, X, dan m)

e. Ulangi percobaan a-d dengan mengganti NaOH dengan 5 gram urea. Perhatikan perubahan temperature larutan. Apakah terjadi reaksi eksotermis atau endotermis?


2. Pengenceran

Untuk membuat larutan standar kadang-kadang dilakukan dengan mengencerkan larutan standar NaOH 0,1 N dari larutan NaOH 1 N. Tentukan dulu berapa banyak larutan standar yang akan dibuat dan dihitung, berapa banyak larutan “asli” yang harus diencerkan dengan persamaan:

V1 . N1 = V2. N2 V1 = V2.N2

N1

V1 = volume larutan “asli” yang digunakan/diperlukan

N1 = normalitas “asli”

N2 = volume larutan standar yang akan dibuat

V2 = normalitas larutan standar yang akan dibuat

A. Pengenceran dengan Labu Ukur

a. Ambil 20 mL laruta NaOH yang telah dibuat pada percobaan pembuatan larutan sebelumnya, masukkan ke dakam labu ukur 100mL.

b. Tambahkan air suling sampai permukaan cekung larutan tepat menyinggung tanda tera labu ukur.

c. Kocok sampai larutan homogen.

d. Hitung konsentrasi hasil pengenceran berdasarkan rumus V1 . N1 = V2. N2

V1, V2 = volume larutan sebelum dan sesudah diencerkan

N1, N2 = konsentrasi larutan sebelum dan sesudah diencerkan

e. Hitung konsentrasi dalam satuan M, N, F, X, dan m.

B. Pengenceran H2SO4

Untk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis pada pengenceran seperti H2SO4 pekat, maka pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan sedkit demi sedikit H2SO4 ke dalam pelarut.

a. Ambil 7 mL air suling dengan menggunakan geles ukur, tuangkan ke dalam tabung reaksi.

b. Ambil 3 mL H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet tetes yang bersih, isikan ke dalam gelas ukur hingga volume 3 mL.

c. Tuangkan H2SO4 pekat ini ke dalam tabung reaksi yang diisi air suling tadi. Ingat, penuangan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Perhatikan/rasakan perubahan panas sebelum dan sesudah H2SO4 dituang kedalam tabung reaksi.

F. Data Pengamatan

A. Pembutan Larutan

Tabel Hasil Pengamatan

Senyawa

Kimia

Konsentrasi larutan

Sifat reaksi

M

N

F

X

M

Endoterm

Eksoterm

NaOH

0,001

1

0.04

0,997

1

-

X

Urea

X

-

B. Pengenceran dengan labu ukur

Normalitas NaOH awal (N1)= 0,1 N

Volume NaOH awal (V1) = 20 mL

Volume NaOH akhir (V2) = 100 ML

Normalitas NaOH akhir (setelah di encerkan)

N2= V1.N1 = 20x0,1 =0,02 N

V2 100

C. Pengenceran H2SO4 pekat

Volume air suling = 7 mL

Volume H2SO4 = 3 mL

Perubahan panas:

Sebelum reaksi = Normal

Sesudah reaksi = Panas

G. Pembahasan

A. Konsentrasi Larutan Dalam Berbagai Satuan

Dalam ilmu kimia, kepekatan suatu larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi suatul larutan dapat dinyatakan dengan berbagai satuan, anatara lain, kemolaran, kemolalan, kenormalan, persen massa, dan persen volume. Pada pembahasan ini kita akan membahas, Kemolaran, Kemolalan, Normalitas dan Fraksi mol.

- Kemolaran

Konsentrasi suatu larutan dapast dinyatakan dalam sutau molar (M). Kemolaran suatu larutan menyatakan banyak mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Suatu larutan yang mengandung 0,5 mol HCl per liter larutkan dikatakan mempunyai kemolaran 0,5 mol L-1 atau dituliskan 0,5 M.

Kemolaran (M) = mol zat terlarut

Liter larutan

- Kemolalan

Satuan konsentrasi dalam kemolaran dan kenormalan digunakan untuk perhitungan stoikiometri reaksi yang menyangkut larutan, sedangkan untuk perhitungan yang menyangkut sifat larutan ( sifat koligatif ) digunakan satuan seperti kemolalan dan fraksi mol. Kemolalan menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg zat terlarut.

Kemolalan (m) = jumlah mol zat terlarut

Kg zat pelarut

- Normalitas (N)

Normalitas suatu larutan menatakan jumlah gram ekuivalen yang terdapat dalam setiap liter larutan. Gram ekuivalen (grek) merupakan sejumlah massa yang dapat menghasilkan 1 mol ion H+ dari suatu asam atau 1 mol ion OH- dari suatu basa. Di dalam reaksi redoks,1 gram ekuivalen adalah sejumlah massa dari suatu oksidator atua reduktor yang dapat melapas atau mengikat 1 mol elektron.

- Fraksi Mol (X)

Fraksi mol menyatakan perbandingan banyak mol suatu komponen zat terhadap jumlah mol semua komponen zat terhadap dalam suatu larutan. Bila dalam suatu larutan terdapat zat A, B, dan C dengan masing-masing nA mol, nB mol, nC mol, maka.

NA

XA=

nA + nB + nC

H. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan pembuatan dan pengenceran larutan NaOH dan H2SO4, Kami dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1) Padatan NaOH dan H2SO4 setelah dilarutkan menggunakan air suling merupakan larutan homogen, terbukti pada saat pelarutan garam tersebut bercampur rata dengan air.

2) Padatan NaOH setelah direaksikan dengan air suling bersifat eksotermis (reaksii yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan) sehingga jika memegang labu ukur akan terasa panas. Sedangkan padatan Urea, bersifat endotermis (reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem) sehingga bila kita memegang labu ukur akan terasa dingin.

3) Normalitas NaOH akhir (N2) setelah melalui tahap pengeceran akan berubah menjadi lebih kecil dari normalitas awal (N1).

4) Setelah melalui tahap pengenceran suhu dari H2SO4 pekat berubah dari kondisi normal menjadi panas.

I. Daftar Pustaka

Prabawa H. Jayaprana S dan Naim N. 1996. IImu Kimia untuk SMU Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Djamal, Indra. 1989. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga

Anshory, Irfan. 2000. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga

Purnawan C, Krisna. 2006. Kimia Dasar 1. Samarinda: Faperta Unmul

Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga

Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga

Purba, Michael.2003. Kimia 2000 Jilid 3A untuk SMU Kelas 3 Semester 1. Jakarta: Erlangga

Wahyuni, Sri. 2003. Master Kimia SMA. Jakarta: Erlanga

LAMPIRAN

Pertanyaan:

1. Jika 10 gram NaOH dilrutkan dalam 500 mL H2O, berapa konsentrasinya dalam M, N, F, X, dan m ?

2. Berapa mL volume HCl 0,2 N diperlukan untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 100 mL.

3. Hitung molaritas H2SO4 pekat (95%) berat jenis 1,84 g mL-1 ?

4. Apa yang dimaksud dengan reaksi eksotermis dan endotermis ?

Jawab:

1. Diket : massa NaOH = 10 gram

Volume H2O = 500 mL

Ditanya: M, N, F, X, dan m ?

Jawab:

a. M = massa x 1000 d. X: Xp + Xt = 1

Mr V Xp= np Xt= 10 .

= 10 x 1000 np+nt 10+500

40 500 mL = 500 = 0.02

= 0.5 mol/Liter 500+10

b. N = massa x 1000 x a = 0,98

Mr V Xp + Xt = 1

= 10 x 1000 x a 0,98+0,02 = 1

40 500 mL

= 0,5 N

c. F = Jumah zat terlarut e. m = massa x 1000

Volume larutan Mr P = 10 = 0,02 F = 10 x 1000 = 0,5 mol

500 40 500 mL

2. Diket : V2= 100 mL

N1= 0,2 N HCl X . 0,2 = 100 . 0,1

N2= 0,2 N HCl 0,2X = 10

Ditanya : V1=......? X = 50 mL

Jawab :

V1 . N1 = V2. N2

X . 0,2 = 100 . 0.2

0,2 X = 20

X = 20

0,2

= 100 mol

3. Diket : kepekatan H2SO4 = 95% = 95 mL

Berat jenis = 1,84 g mL-1

Ditanya : Molaritas =……………?

Jawab :

M= 95 .1,84

100 . 98

= 174,8

9800

= 0,097 mmol mL-1

4. Reaksi eksotermis adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan.

Reaksi endotermis adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem.